Laporan Praktikum Ilmu Teknologi Pangan MENGOLAH/MENGAWETKAN BAHAN PANGAN DENGAN PENGGULAAN ( Pembuatan Jelly)
MENGOLAH/MENGAWETKAN
BAHAN PANGAN DENGAN PENGGULAAN
BAB
I
A. Latar Belakang
Jelly
merupakan produk makanan bersifat semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan
yang dimasak dalam gula. Pada prinsipnya pembuatan jelly adalah hasil ekstraksi
dari buah untuk mendapatkan pektin dengan pemanasan sehingga di peroleh sari
buah. Dengan kombinasi pektin yang cukup, gula dan asam yang tepat akan
membentuk jelly yang baik.
Untuk
dapat memperoleh jelly, maka pektin memegang peranan penting. Bila kadar pektin
yang terlalu rendahdalam buah, maka tidak dapat membektuk jelly. Kadar pektin
dari 1% cukup untuk membentuk struktur yang memuaskan. Pektin terdapat secara
alamiah dalam jaringan buah-buahan sebagai hasil degradasi protopektin selama
pematangan. Pektin pertama kali ditemukan oleh Braconnot pada tahun 1928 di
Prancis.
Pektin
dalam jumlah banyak dapat di peroleh dari buah-buahan yang telah matang dan
belum ada tanda-tanda kebusukan. Tetapi tidak semua buah kaya akan pektin.
Bagian buah yang akan pektin adalah bagian dekat kulit serta bagian dekat biji.
Penambahan gula dalam pembuatan jelly berfungsi sebagai bahan pengawet dan
pengendap pektin. Kadar gula optimum yang dapat ditambahkan setelah di
panasakan adalah 65-68%. Jika lebih dari hasil yang akan diperoleh terbentuk
kristal sedangkan kadar gula terlalu rendah, maka konsitensi jelly menjadi
lemah. Sedangkan adanya asam berfungsi sebagai pengokoh jaringan jelly. Kondisi
pH optimum adalah 3,2. Bila tingkat keasaman terlalu rendah (diatas pH 3,5),
maka jelly akan lemah atau hancur terjadi hidrolisa pektin, tetapi bila tingkat
keasaman lebih tinggi maka jelly tidak terbentuk karena pektin mengalami
dehidrasi. Struktur khusus dari produk jelly buah-buahan disebabkan karena
terbentuknya kompleks gel-pektin-gula-asam. Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi hasil akhir dari jelly, stabilitas fisik serta stabilitas terhadap
mikroorganisme adalah tipe pektin, tipe asam, mutu buah-buahan, prosedur
pemasakan dan pengisian.
B. Tujuan
·
Tujuan
instruksional umum
Setelah
menikuti praktikum, peserta didik diharapkan mampu mengolah macam-macam buah jelly.
·
Tujuan
instruksional khusus
Setelah
mengikuti praktikum, peserta didik diharapkan dapat:
a. Menyebutkan
langkah-langkah dalam pembuatan jelly.
b. Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruh dalam pembuatan jelly.
c. Menjelaskan
peranan pektin dalam pembuatan jelly.
d. Menjelaskan
peranan gula dalam pembuatan jelly.
e. Menjelaskan
peranan asam dalam pembuatan jelly.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Jelly
Jelly
merupakan bahan pangan setengah produk yang dibuat dengan tidak kurangdari 45%
bagian berat sari buah dan 55% berat gula. Campuran ini dikentalkan
sampaimencapai kadar zat terlarut tidak kurang dari 65%, zat warna dan cita rasa dapatditambahkan
untuk melengkapi kekurangan yang ada dalam buah itu sendiri. Jelly dapatdibuat
dari bahan yang matang, buah yang ukuran dan mutu dibawah standart dan
buah-buahan yang jatuh dari pohon. Prinsip pembuatan jelly adalah menghasilkan
produkyang seragam dalam warna, cita rasa dan ketegaran yang disukai serta
jernih. Buah yangbaik untuk pembuatan jelly adalah buah yang memiliki flavour
yang kuat karena flavourbuah
dilarutkan dalam sejumlah
besar gula yang
diperlukan untuk menghasilkan konsistensi yang baik dan
mempertahankan kualitas.
Pembentukan
gel pada pembuatan jelly sangat dipengaruhi oleh 3 komponen yaitupektin, gula dan keasaman. Substrat buah-buahan,
pektin adalah koloid bermuatan negatif. Pektin dibentuk oleh satuan-satuan gula
dan asam galakturonat yang lebih banyak dari pada gula sederhana, biasanya
terdapat pada buah-buahan serta sayuran.Pektin larut dalam air, terutama air
panas, sedangkan dalam bentuk larutan koloidalakan berbentuk pasta. Jika pektin
dalam larutan ditambah gula dan asam akan terbentukgel. Prinsip inilah yang
digunakan dalam pembentukan gel pada pembuatan jelly buah-buahan. Penambahan
gula akan mempengaruhi keseimbangan pektin, air, dan meniadakan kemantapan
pektin. Pektin akan menggumpal dan membentuk serabut halus. Struktur ini
mampu menahan cairan. Makin tinggi kadar gula makin padat struktur serabut
tersebut. Kondisi yang sangat asam menghasilkan struktur gel yang sangat padat
atau bahkan merusak gel karena hidrolisis pektin. Keasaman yang rendah menghasilkan
serabut yang lemah sehingga tidak mampu menahan cairan. Kondisi pHoptimum untuk
pembentukan gel dari pektin adalah 2,8-3,2. Apabila pH diatas 3,5,maka gel
tidak akan terbentuk. Sedangkan pH dibawah 2,5 gel yang terbentuk terlalu keras.
Pendidihan merupakan
tahap yang penting
dalam pembuatan jelly.
Sari buahdikentalkan dengan
cepat sampai terbentuk
gel dari sistem
pektin-gula-asam. Pendidihan yang terlalu lama dapat menyebabkan
hidrolisis pektin dan pengupan asam. Selain itu juga dapat menyebabkan
hilangnya flavour dan warna. Setelah pembentukangel tercapai, jelly dipindahkan
ke dalam wadah pada suhu 85 – 90◦C untuk menjamin setting point yang optimum,
distribusi buah yang merata akan meminimalkan perubahan berat karena perubahan
densitas. Selanjutnya pendinginan produk dilakukan dengan menyemprotkan air
bersih dengan suhu 60◦C untuk mencegah thermal
shock, lalusetelah itu dengan air bersuhu 20◦C.
B. Perubahan Fisik-Kimia dan
Organoleptik pada Jelly
Tiap
produk pangan tentunya mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh
tahapan proses yang dilalui termasuk juga perubahan komposisi. Demikian halnya dengan
produk jelly. Tahapan
yang paling berpengaruh
pada kualitas jelly
adalah pemanasan. Peningkatan
konsentrasi pembentuk gel
akan meningkatkan tekstur (kekerasan jelly), total asam,
tingkat kesukaan tekstur, meningkatkan kestabilan vitamin C, dan menurunkan
kesukaan terhadap warna. Sedangkan terhadap Aw, kadar air, rasa,dan aroma
berpengaruh tidak nyata. Selain itu peningkatan konsentrasi karagenan akan meningkatkan
kadar air, warna, sineresis, tekstur, dan menurunkan kekuatan gel serta tidak
berpengaruh nyata terhadap aktivitas air dan kadar gula reduksi. Peningkatan
air perebusan (air pengekstrak) akan meningkatkan kadar air, pH, intensitas
warna, rasa,dan menurunkan kadar vitamin C, gula reduksi, sineresis, aroma dan
tekstur.
C. Karakteristik Jelly
Jelly yang
baik adalah jelly
yang mempunyai sifat
bersih, mengkilat, tembuspandang, dan warna yang menarik.
Tekstur jelly juga harus empuk dan mudah dipotongnamun cukup kaku untuk mempertahankan
bentuk, tidak lengket, tidak pecah, danpunya karakteristik permukaan yang baik.
Kualitas fisik dan organoleptik jelly buah-buahan adalah sebagai berikut:
a.
Harus bersih, mengkilat, transparan,
berwarna menarik, bila dipotong maka sisapotongan tajam dan halus.
b.
Mampu mempertahankan bentuk, tidak
meleleh dan tidak menjadi sirup.
c.
Mampu mempertahankan aroma, citarasa,
flavour, dan buah aslinya.
Namun
pada proses pembuatan jelly ada kalanya jelly yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan
atau berkualitas rendah.
Rendahnya kualitas jelly
yang terbentuk disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
a.
Kegagalan jelly untuk menjendal
Hal
ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara pembentuk gel, gula, dan
asam(pH) dan pengaruh
garam–garam mineral. Ketidakseimbangan ini
dikarenakan kandungan asam atau pembentuk gel atau keduanya sangat
rendah, pemasakan yang terlalu singkat sehingga penjendalan belum tercapai dan
penambahan air yang terlalu banyak sewaktu penyaringan sari buah sehingga
proporsi air terlalu banyak dibanding dengan bahan pembentuk gel.
b.
Kristalisasi jelly
Gula
dalam jumlah yang terlalu banyak, asam terlalu rendah dan pemasakan yangterlalu
lama adalah sebab terjadinya kristalisasi pada jelly.
c.
Sineresis
Jelly
dapat menjadi encer disebabkan asam yang terlalu tinggi hingga menyebabkan strukturnya
pecah karena terjadi hidrolisis konsistensi gula terlalu rendah atau padatan
terlarut sehinggga konsistensinya tidak begitu kuat karena bahan pembentuk gel mengikat air terlalu banyak,
konsistensi pembentuk gel yang terlalu sedikit menyebabkan jaringan tidak kuat
menahan cairan gula. Disamping itu dapat disebabkan oleh terjadinya penjendalan
yang terlalu cepat, sehingga menyebabkan jaringan rusaksaat jelly dituang dalam
wadah,
d.
Jelly keruh
Hal
ini disebabkan penyaringan yang tidak sempurna. Penyaringan yang baik
tanpapenekanan.
e.
Jelly tersuspensi
Terjadi
bila sebelumnya jelly sudah mengalami sineresis.
f.
Jelly bertekstur keras
Disebabkan oleh
konsistensi penambahan gel
yang terlalu tinggi,
proporsi airterlalu rendah dan
karakterisasi gula akibat pemanasan yang tinggi dan lama.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
1. Alat
·
Pisau
·
Baskom
·
Panci
·
Saringan
·
Sendok kayu
·
Gelas ukur
·
Kompor
2. Bahan
·
Apel
·
Gula Pasir
3. Prosedur Kerja
a. Buah
dicuci, dikupas dan dibuang bijinya, daging buah diiris tipis kecil-kecil.
Tambahkan air sebanyak 1-2 bagian berat buah.
b. Lakukan
pemasakan kurang lebih 1 jam, angkat dan diamkan 30 menit sampai pektin yang
terkandung di dalam buah terekstraksi semua.
c. Lakukan
penyaringan sehingga diperoleh sari buah jernih, tambahkan gula pasir ± 65% dan
asam sitrat sampai pH berkisar 3,2 (0.02%)
d. Campuran
dimasak sampai titik kekentalan jelly tercapai. Tes dengan refraktometer
(65-68%)
e. Jelly
dimasukkan dalam botol steril, tutup rapat dan lakukan pasteurisasi dengan cara
mengukur/merebus selama 30 menit.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
·
Proses pembuatan Jelly
·
Hasil
Rasa
|
Manis
keasaman
|
Aroma
|
Khas
Apel
|
Warna
|
Kuning
Pucat
|
Tekstur
|
Kental
|
B. Pembahasan
Dalam
praktikum kali ini yang dipakai sebagai pengental jelly adalah pektin. Banyak sedikitnya pektin sangat
berpengaruh dalam pembuatan jelly, karena pektin merupakan faktor utama dalam
proses ini. Jika pektin terlalu sedikit maka jelly tidak akan mengental,
sebaliknya jika pektinnya terlalu banyak maka jelly akan terlalu menggumpal.
Sedangkan untuk penambahan gula juga harusdiperhatikan, jangan sampai gula yang
ditambahkan terlalu banyak atau sedikit karena hal itu akan mempengaruhi rasa
dari jelly tersebut.
Perbandingan
penambahan gula dan asam sitrat harus seimbang. Penambahan mineral atau air
juga haruis diperhitungkan. Penambahan air di awal tidak boleh terlalu banyak
agar pektinnya bisa terbentuk, dan untuk penambahan air di akhir pun juga harus
dilihat agar jelly bisa terbentuk dengan baik.
Pektin sendiri
merupakan campuran polisakarida
yang kompleks terdapat
pada berbagai buah-buahan dan sayuran. Dalam praktikum ini digunakan
pektin yang berasal dari buah apel. Disini pektin berperan sebagai agensia
pembentuk gel pada jelly. Penambahan
asam dapat meningkatkan kemampuan
terbentuknya gel oleh
pektin. Penambahan pektin pada pembuatan jelly juga akan menimbulkan bau
busuk pada jelly apabila dilakukan penyimpanan dalam jangka waktu yang lama.
Sedangkan penambahan
gula atau sukrosa
dalam pembuatan produk
makanan berfungsi untuk memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai
pengawet, yaitu dalam konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mikro organisme
dengan cara menurunkan aktivitas air dari bahan. Gula bersama dengan pektin
dalam pembuatan jelly akan meningkatkan
kadar airnya.
BAB
V
PENUTUP
Kesimpulan
Pada
prinsipnya, jam dan jelly terbentuk akibat adanya proses pembentukan gel oleh pektin yang di dukung
dengan adanya gula, air dan asam sesuai, sehingga pada akhir proses di dapat
karakter produk yang di inginkan.
Cara
pembuatan jelly apel
adalah dengan menerapkan
prinsip penggulaan sertaperanan asam dan pektin yang ada pada
buah apel, dimana keberhasilan pembuatan jellyditentukan oleh
beberapa faktor diantaranya
penambahan pembentuk gel
sepertigelatine, karagenan, pektin, pH, gula, mineral, dan proses
pemanasan.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Buku Penuntun Ilmu Teknologi Pangan
Jurusan Gizi
Komentar
Posting Komentar