Hubungan Proses Penuaan, Stress Oktidatif, dan Peranan Anti Oksidan
Hubungan
Proses Penuaan, Stress Oktidatif, dan Peranan Anti Oksidan
A. Proses Penuaan
Penuaan
adalah akumulasi perubahan progresif
seiring waktu yang berhubungan dengan
peningkatan kerentanan terhadap penyakit
dan kematian seiring pertambahan usia
dan jumlah kerusakan akibat reaksi radikal bebas yang terus-menerus terhadap
sel dan jaringan. Dengan kata lain, kerusakan struktur dan fungsi mencirikan
penuaan. Kerusakan ini menyebabkan kondisi patologis dan dapatberakhir pada
kematian.
Penuaan
ditandai dengan hilangnya integritas fisiologis yang progresif, yang memicu
gangguan fungsi dan meningkatkan risiko kematian. Kemunduran fungsi ini menjadi
faktor risiko utama patologi pada manusia meliputi kanker, diabetes, kelainan
kardiovaskuler, dan penyakit neurodegeneratif.
Interaksi
antara radikal bebas, antioksidan, dan kofaktor penting dalam memelihara
kesehatan, proses penuaan, dan penyakit yang berkaitan dengan usia. Radikal
bebas menginduksi stres oksidatif yang akan diseimbangkan oleh sistem anti oksidan
endogen tubuh melalui kofaktor ataupun oleh antioksidan eksogen dari asupan.
Jika jumlah radikal bebas melampaui efek protektif antioksidan dan kofaktor,
akan terjadi kerusakan oksidatif yang terakumulasi dan berpengaruh terhadap proses
penuaan serta penyakit terkait usia seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, kelainan
neurodegeneratif, dan berbagaikondisi kronis lain.
Penuaan
secara umum dapat didefinisikan sebagai kemunduran progresif efisiensi biokimia
dan proses fisiologis setelah fase reproduksi kehidupan. Kontribusi radikal bebas
terhadap proses penuaan terjadi sejak awal kehidupan yang makin meningkat
seiring pertambahan usia. Pajanan pada tingkat sel ataupun jaringan tubuh sejak
awal kehidupan ditambah dengan reaksi metabolik pada usia dewasa hingga lanjut
usia berhubungan dengan terjadinya penyakit-penyakit terkait usia lanjut seperti
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit neurodegeneratif, atau diabetes.
Menjadi
tua merupakan sesuatu yang natural / alamiah yang pasti terjadi pada setiap
manusia. Semua orang akan menuju ke proses penuaan. Tidak seorangpun dapat
menghentikan proses penuaan. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak
seseorang mencapai usia dewasa, yaitu setelah melalui periode puncak pada usia
40 tahun, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ”mati” sedikit demi sedikit. Tidak ada
batas tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Tapi bukan
berarti proses penuaan itu harus menurunkan kualitas kehidupan kita.
Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki / mengganti diri dan mempertahankan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. [ Constantinides, 1994, dalam
Nugroho, W, 2000 ].
Proses menua merupakan proses yang
terus menerus berlanjut secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua
pada setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Menua bukanlah
suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
B. Stress Oksidatif
Stres
oksidatif adalah keadaan di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak. Literatur medis membuktikan bahwa stres oksidatif adalah penyebab utama
penuaan dini dan timbulnya penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung,
alzheimer, dan lain-lain. Stres oksidatif dapat dicegah dan dikurangi dengan
asupan antioksidan yang cukup dan optimal ke dalam tubuh.
Stres
oksidatif merupakan suatu kondisi yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara produksi radikal bebas dengan sistem pertahanan antioksidan di dalam
tubuh (Puspitasari dkk, 2016). Stres oksidatif merupakan ketidakseimbangan
antara radikal bebas (pro oksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi
umum yaitu kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas (Rush et
al., 2005). Radikal bebas merupakan dasar untuk banyak proses biokimia dan
menunjukkan bagian penting dari metabolisme. Radikal bebas didefenisikan
sebagai sebuah molekul atau bagian molekuler yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbit atom atau molekular terjauh dan
dapat tereksistensi sendiri (Halliwell and Gutteridge dalam Sen et al., 2010). Istilah
stres oksidatif juga didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
level Reactive Oxygen Species (ROS). Dalam jumlah normal, ROS berperan pada
berbagai proses fisiologis seperti sistem pertahanan, biosintesis hormon,
fertilisasi, dan sinyal seluler. Akan tetapi, peningkatan produksi ROS yang dikenal
dengan kondisi stres oksidatif memiliki implikasi pada berbagai macam penyakit
seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan penyakit
kronis lainnya.
Salah
satu hipotesis konsep penuaan yang diterima sampai saat ini adalah teori stres oksidatif.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Denham Harman sebagai teori penuaan radikal
bebas dan melaporkan bahwa oksigen radikal bebas terbentuk secara endogen
sebagai produk sampingan proses metabolisme yang menggunakan oksigen. Teori ini
kemudian dimodifikasi dengan melaporkan peran mitokondria dalam proses penuaan
karena organela ini merupakan sumber utama produksi reactive oxygen species
(ROS).
Radikal
bebas bertanggung jawab terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait
usia. Pada kondisi normal, terjadi keseimbangan antara oksidan, antioksidan, dan
biomolekul. Radikal bebas yang berlebih menyebabkan antioksidan seluler natural
kewalahan, memicu oksidasi, dan berkontribusi terhadap kerusakan fungsional
seluler. Radikal bebas merupakan penyebab utama terkait proses penuaan,
dianggap sebagai satu-satunya proses utama, dimodifikasi oleh genetik dan faktor
lingkungan; oksigen radikal bebas bertanggungjawab (karena reaktivitasnya tinggi)
terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. Akumulasi radikal
oksigen pada sel dan modifikasi oksidatif molekul biologi (lipid, protein, dan
asam nukleat)berperan pada penuaan dan kematian sel.
Pada
kondisi normal, reactive oxygen species (ROS) berperan sebagai “redox
messenger” dalam pengaturan jaras interseluler. Stres oksidatif terjadi jika
produksi ROS alamiah tidak dapat diseimbangkan oleh kapasitas antioksidan
jaringan. ROS berlebihan dapat menginduksi kerusakan komponen seluler secara
ireversibel dan menyebabkan kematian sel melalui jalur apoptosis intrinsik
melalui mitokondria, sehingga memicu kerusakan DNA mitokondria, disfungsi, dan
peningkatan apoptosis sel. Peningkatan apoptosis berhubungan dengan perombakan
sel dan pemendekan telomer - ujung DNA yang membatasi jumlah mitosis sel.
Peningkatan jumlah telomer yang hilang akibat ketidakseimbangan produksi ROS
menjadi salah satu faktor dalam proses penuaan.
Akumulasi
mutasi DNA mitokondria, gangguan fosforilasi oksidatif, dan ketidakseimbangan ekspresi
enzim antioksidan berakhir pada produksi ROS yang berlebihan. Defek rantai respirasi
mitokondria dapat menyebabkan produksi ROS yang berlebihan, yang dapat meningkatkan
kerusakan oksidatif bukan saja di mitokondria tetapi juga pada kompartemen
seluler lainnya.
DNA
mitokondria merupakan target kunci dari radikal bebas. Identifikasi reaksi
radikal bebas sebagai promotor proses penuaan menyiratkan bahwa intervensi yang
bertujuan untuk membatasi atau menghambat reaksi radikal bebas diharapkan turut
menurunkan tingkat penuaan dan patogenesis penyakit. Penurunan stres oksidatif
dapat dicapai melalui 3 tahap, yaitu dengan menurunkan pajanan ke polutan
lingkungan yang mengandung oksidan, meningkatkan jumlah antioksidan endogen dan
eksogen, dan menurunkan stres oksidatif dengan menstabilkan produksi dan efisiensi
energi mitokondria. Stres oksidatif endogen dapat dipengaruhi dengan dua cara,
yaitu dengan mencegah formasi ROS atau menghilangkan efek ROS dengan antioksidan.
C. Peranan Antioksidan
Antioksidan
merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi molekul
lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas,
sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Antioksidan seperti
tiol atau asam askorbat (vitamin C) mengakhiri reaksi berantai ini.
Antioksidan
dapat diartikan sebagai molekul yang mampu menstabilkan atau menonaktifkan
radikal bebas sebelum menyerang sel. Antioksidan dapat menghambat atau menunda
oksidasi sebuah substrat.
Antioksidan
endogen dapat dibedakan menjadi antioksidan endogen non-enzimatik (contoh: asam
urat, glutathione, bilirubin, tiol, albumin, dan faktor nutrisi termasuk di
antaranya vitamin dan fenol), dan antioksidan endogen enzimatik (contoh:
superoxide dismutase, glutathione peroxidase, dan catalase). Pada orang normal,
antioksidan endogen akan menyeimbangkan produksi ROS. Sumber terbanyak
antioksidan berasal dari nutrisi terutama golongan fenol.
Beberapa
mekanisme kerja antioksidan nutrisional antara lain:
1. Menetralisir
radikal bebas
2. Mengurangi
konsentrasi peroksida dan memperbaiki oksidasi membran
3. Mendorong
besi untuk menurunkan produksi ROS
4. Menetralisir
ROS melalui metabolisme lipid, asam lemak bebas rantai pendek, dan kolesterol
ester
Manusia
memiliki sistem antioksidan kompleks baik enzimatik maupun non-enzimatik yang
bekerja sinergis untuk melindungi sel dan sistem organ dari kerusakan akibat
radikal bebas. Antioksidan endogen berperan penting menjaga fungsi seluler yang
optimal dan kesehatan sistemik secara umum. Pada kondisi tertentu yang dipicu
oleh stres oksidatif, antioksidan endogen menjadi insufisiensi dan memerlukan
antioksidan eksogen untuk mempertahankan fungsi seluler yang optimal.
Antioksidan enzimatik antara lain: glutathione peroxidase, catalase, dan
superoxide dismutase. Antioksidan nonenzimatik antara lain vitamin E, vitamin
C, antioksidan tiol (glutathione, thioredoxin, dan asam lipoik), melatonin,
karotenoid, flavonoid alami, dan lain sebagainya.
Manusia
memiliki sistem antioksidan kompleks baik enzimatik maupun non-enzimatik yang
bekerja sinergis untuk melindungi sel dan sistem organ dari kerusakan akibat
radikal bebas. Antioksidan endogen berperan penting menjaga fungsi seluler yang
optimal dan kesehatan sistemik secara umum.
Pada
kondisi tertentu yang dipicu oleh stres oksidatif, antioksidan endogen menjadi
insufisiensi dan memerlukan antioksidan eksogen untuk mempertahankan fungsi
seluler yang optimal. Antioksidan enzimatik antara lain: glutathione
peroxidase, catalase, dan superoxide dismutase. Antioksidan nonenzimatik antara
lain vitamin E, vitamin C, antioksidan tiol (glutathione, thioredoxin, dan asam
lipoik), melatonin, karotenoid, flavonoid alami, dan lain sebagainya.
Dasar
ide FRTA (free radical theory of aging) adalah bahwa radikal bebas dan ROS
lainnya terbentuk tanpa bisa dihentikan karena metabolisme, dan muncul karena
aksi beberapa faktor eksogen, biomolekul yang rusak dan akumulasi kerusakan ini
adalah penyebab penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan usia. Jika FRTA
benar maka antioksidan dapat memperlambat penuaan dan memperpanjang masa
kehidupan.
Perubahan
gaya hidup dan kebiasaan makan, seperti pembatasan kalori dan olahraga,
terbukti lebih baik memelihara kesehatan tubuh dibandingkan manipulasi genetik
pada percobaan hewan. Suplemen vitamin antioksidan, khususnya vitamin C dan E,
dan beberapa komponen sintetik dapat memperpanjang masa hidup pada model hewan.
Vitamin C (asam askorbat) adalah antioksidan hidrofilik utama dan inhibitor
peroksidasi lemak. Pada membran, molekul ini secara cepat menurunkan radikal α-tocopheroxyl
dan LDL untuk regenerasi α-tocopherol dan menghambat propagasi radikal bebas.
Vitamin E (α-tocopherol) merupakan antioksidan hidrofobik utama pada membran
sel dan lipoprotein sirkulasi. Fungsi antioksidannya sangat kuat dibantu oleh
regenerasi yang dipromosikan oleh vitamin C. Vitamin E dapat mencegah
aterosklerosis melalui inhibisi modifikasi oksidatif. Coenzim Q (ubiquinol,
CoQ) dan asam lipoik dalam bentuk tereduksi dan melatonin merupakan antioksidan
yang efisien. Resveratrol (RSV) dan curcumin juga mempunyai efek anti-penuaan.
Radikal
bebas terbukti memiliki peran besar dalam proses penuaan. Antioksidan dapat
berperan untuk menurunkan laju perubahan akibat penuaan. Antioksidan merupakan
molekul yang mampu menstabilkan atau menonaktifkan radikal bebas sebelum
menyerang sel, juga dapat menghambat ataupun menunda oksidasi. Antioksidan
memiliki fungsi preventif dan proteksi terhadap penyakit terkait usia.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar